Friday, July 3, 2009

Kampungku, Nasibmu Kini???

Harapohan, salah satu perkampungan yang ada di Pulau Samosir, Sumatera Utara. Di kampung ini pulalah aku dilahirkan sebelum kedua orang tuaku memutuskan untuk bermigrasi ke Kota Medan saat aku masih duduk di bangku kelas II SD. Mata pencaharian utama masyarakat di sini adalah petani seperti masyarakat lainnya yang tinggal di pegunungan dan sebagian lagi bekerja sebagai pengarajin ulos maupun buruh bangunan.
Untuk memasuki perkampungan ini, dapat melalui Lumban Suhisuhi yang berjarak sekira 1,5 km dari Kota Panguguran. Dari simpang Lumban Suhisuhi, masih harus menempuh perjalanan sekira 1,5 km lagi yang bisa ditempuh dengan berjalan berkaki maupun kendaraan bermotor.
Masyarakat yang mendiami perkampungan ini didominasi oleh orang tua dan anak-anak hingga remaja yang masih bersekolah. Hal ini disebabkan kebiasaan anak-anak muda di kampung ini seperti kebanyakan di daerah lainnya yang merantau ke luar dari kampung sehabis menamatkan pendidikannya dari sekolah menengah.
Hal ini disebabkan karena sulitnya mendapatkan penghidupan yang layak di kampung ini. Seperti keterbatasan air untuk keperluan sehari-hari seperti masak, minum.
Mengingat keterbatasan sumber air, maka para petani yang tinggal di Harapohan hanya mengharapkan air hujan untuk mengairi sawah-sawah mereka. Saat musim kemarau masyarakat terbaksa mengambil air dari Danau Toba atau dari sumber mata air lainnya dengan harus menempuh perjalanan yang cukup jauh.
Bila kejadian seperti ini, para petani terancam untuk gagal panen. Seperti yang banyak dialami oleh masyarakat pada musim panen bulan lalu (Bulan Juni 2009). Dari sekian hektar yang ditanami padi, hanya kurang dari setengah yang bisa dipanen.
Pemerintah sebenarnya sudah pernah membuat sistem pengairan yang dapat digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari maupun keperluan lainnya dengan mengambil mata air dari perbukitan yang terletak di atas Desa Harapohan dan beroperasi pada Bulan April 2008 lalu.
Namun sistem pengairan ini hanya bisa dinikmati oleh masyarakat sekira dua minggu saja akibat pipa yang digunakan untuk mengalirkan air dirusak oleh masyarakat yang tidak senang bila masyarakat Desa Harapohan mendapat pasokan air. Bukan hanya sifat iri masyarakat, dana proyek yang digunakan untuk pembangunan sistem pengairan itu diduga diselewengkan oleh pemborong dan diduga kuat melibatkan aparat pemerintah Kabupaten Samosir.
Ketebalan pipa yang tidak sesuai dengan standar yang hanya memiliki ketebalan 2 inch untuk pipa penyalur, 6 inch di pangkal. Hal ini jelas tidak sesuai dengan volume air yang mengalir. Selain itu, sebagian pipa hanya ditanami sedalam 40 cm bahkan ada yang tidak ditanam sama sekali.
Sayang sekali dana yang bersumber dari masyarkat senilai Rp 247 juta tidak bermanfaat hanya karena kerakusan pemborong. Aparat pemerintah yang mengeluarkan proyek ini juga seakan-akan tutup mata. Lebih dari 1 tahun sejak pengairan tersebut tidak berfungsi, tidak ada upaya lebih lanjut dari aparat pemerintah untuk memperbaikinya.
Haruskah....kampung halamanku itu akan menjadi daerah yang tak berpenghuni karena ditinggalkan masyarakat yang tidak tahan dengan keadaan ini.....Bila ini terjadi maka????????????

No comments: